Tips Parenting Ketika Mengasuh Anak Disabilitas
Admin Januari 15, 2022
Tips Parenting Ketika Mengasuh Anak Disabilitas
Membesarkan atau mengasuh anak berkebutuhan khusus bukanlah perkara mudah. Sebagai orang tua atau pengasuh, tentunya ada berbagai tantangan yang harus dihadapi setiap harinya. Dimana terkadang waktu untuk diri sendiri harus dikorbankan. Ada beberapa tips parenting ketika mengasuh anak disabilitas. Lantas, apa saja tantangan yang sering muncul saat mengasuh atau mengasuh anak berkebutuhan khusus.
- 1. Tips Parenting Untuk Para Pengasuh Disabilitas
- 2. Beragam Tantangan Mengasuh Anak Disabilitas
- 2.1. Komunikasi
- 2.2. Aksesibilitas Terbatas
- 2.3. Stres dan Jenuh
- 2.4. Kelelahan dan Depresi
- 2.5. Kritik Dan Penilaian Orang Lain
- 2.6. Takut Akan Masa Depan
- 3. Membangun Sikap untuk Anak Disabilitas
- 4. Prinsip Dasar Merawat Anak Disabilitas
Tips Parenting Untuk Para Pengasuh Disabilitas
Membesarkan dan mengasuh anak berkebutuhan khusus bukanlah perkara mudah. Namun, menyerah pada keadaan juga bukanlah solusi yang tepat. Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan:
- Jalin komunikasi yang baik dengan anak.
- Menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang dengan anak.
- Tahu segalanya tentang kondisi anak.
- Anda bukan satu-satunya orang yang memiliki atau merawat anak berkebutuhan khusus. Temukan dan bergabunglah dengan komunitas untuk mendapatkan sistem pendukung.
- Jagalah kesehatan diri sendiri, yaitu dengan istirahat yang cukup, melakukan sesuatu yang membuat tubuh rileks, dan berolahraga meski sebentar.
Beragam Tantangan Mengasuh Anak Disabilitas
Ada banyak tantangan yang sering dialami oleh orang tua atau pengasuh saat mengasuh anak berkebutuhan khusus, antara lain:
1. Komunikasi
Tantangan terbesar dalam membesarkan anak berkebutuhan khusus adalah komunikasi. Namun, ini juga tergantung pada jenis kecacatan yang dimiliki anak. Kecacatan sensorik, misalnya, membuat anak mengalami keterbatasan dalam penggunaan panca inderanya. Jika anak Anda tunarungu atau tuna wicara, komunikasi verbal akan menjadi tantangan terbesar. Namun, jangan khawatir, ada cara untuk mempermudah komunikasi, misalnya menggunakan interaksi non verbal menggunakan tulisan.
2. Aksesibilitas Terbatas
Tidak dapat dipungkiri bahwa aksesibilitas bagi penyandang disabilitas di berbagai tempat masih tergolong minim. Misalnya akses jalan, penyediaan toilet yang memadai, hingga fasilitas khusus yang dibutuhkan penyandang disabilitas. Bagi seorang caregiver, ini merupakan salah satu tantangan utama dalam merawat penyandang disabilitas. Keterbatasan aksesibilitas juga secara tidak langsung mempengaruhi aktivitas dan aktivitas penyandang disabilitas.
3. Stres dan Jenuh
Beban stres akan sangat besar bagi orang tua atau pengasuh anak penyandang disabilitas. Ada banyak hal yang bisa menjadi pemicunya, mulai dari faktor finansial, rasa kurang berkorban, hingga pedihnya penderitaan yang dialami anak. Stres juga bisa muncul karena kecemburuan orang lain yang memiliki anak 'sehat', merasa tidak mampu mengasuh anak, hingga perhatian yang menurun pada anak karena lambat laun menua.
4. Kelelahan dan Depresi
Orang tua atau pengasuh anak penyandang disabilitas mungkin lebih sering mengalami kelelahan, baik secara fisik maupun psikologis. Seiring waktu, ini bisa berubah menjadi depresi. Dukungan dari lingkungan sekitar dapat mendorong mereka untuk terus mengasuh anak berkebutuhan khusus. Bahkan tak jarang ada komunitas khusus yang terdiri dari pengasuh anak penyandang disabilitas. Komunitas ini sangat bermanfaat untuk saling menguatkan.
5. Kritik Dan Penilaian Orang Lain
Tantangan lain bagi orang tua atau pengasuh anak penyandang disabilitas adalah menanggapi penilaian dan kritik orang lain. Tidak dapat disangkal bahwa kurangnya pemahaman orang lain tentang disabilitas dapat menimbulkan kritik bagi anak yang mengalaminya.
Belum lagi, pengucilan dari lingkungan juga kerap menjadi fenomena yang dialami penyandang disabilitas, termasuk anak-anak. Isolasi sosial tidak dapat dihindari, dapat mengakibatkan kurangnya partisipasi anak di dunia luar yang berdampak pada keterampilan sosialnya.
6. Takut Akan Masa Depan
Sebagai orang tua, masa depan anak merupakan hal yang menjadi perhatian serius. Dengan keterbatasan tertentu yang dimiliki anak, orang tua bisa menjadi khawatir tentang peluang masa depan si kecil.
Membangun Sikap untuk Anak Disabilitas
Sebelum akhirnya bisa menerima dan beradaptasi, orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus rentan mengalami kecemasan, perasaan dan pikiran tentang kondisi anaknya. Pada awalnya, berbagai pertanyaan muncul pada diri mereka sendiri tentang penyebab kondisi anak mereka dan bagaimana cara merawat dan menangani keadaan khusus yang terkait dengan kondisi ini.
Mereka membutuhkan penguatan emosional dari pihak lain, terutama dari keluarga dekat. Selain itu, mereka juga perlu segera mencari informasi tentang cara merawat dan menangani keadaan khusus anak mereka yang tidak dapat dibandingkan dengan penitipan anak normal lainnya.
Orang tua, dengan dukungan keluarganya, dapat mencari informasi mengenai hal ini dari berbagai pihak, termasuk keluarga yang juga pernah membesarkan anak penyandang disabilitas, serta pihak-pihak yang berkompeten terkait dengan pengasuhan dan penanganan masalah anak penyandang disabilitas.
Orang tua harus bergabung dengan kelompok orang tua yang mempunyai akan penyandang disabilitas. Hal ini penting agar orang tua tidak merasa “sendirian” dan memiliki ruang untuk berbagi ilmu dan pengalaman dalam mengasuh anak.
Prinsip Dasar Merawat Anak Disabilitas
Dalam proses mengasuh anak berkebutuhan khusus, orang tua dan anak sebenarnya sama-sama dalam proses belajar. Pasalnya, meskipun orang tua mungkin telah merawat dan membesarkan anak lain, mereka akan selalu menemukan hal-hal baru dalam situasi disabilitas yang akan mendorong mereka untuk terus mencoba dan mempelajari cara mengasuh anak yang benar.
Terdapat 5 (lima) prinsip dasar pengasuhan yang dapat dijadikan acuan ketika sedang mengasuh seorang anak penyandang disabilitas.
- Pertama, Memenuhi kebutuhan psikologis anak. Sebenarnya kebutuhan psikologis anak berkelainan sama dengan anak normal, yaitu kebutuhan untuk merasa dicintai, diterima, dan dihargai, serta kebutuhan psikologis lainnya.
Namun tingkat kebutuhan ini relatif lebih tinggi karena anak berkebutuhan khusus memiliki emosi yang lebih sensitif. Hal ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan tersebut membutuhkan kesabaran dan perjuangan yang lebih dari orang tua atau pengasuh yang terlibat. Anak berkebutuhan khusus juga membutuhkan perasaan senang sehingga terdorong untuk memiliki motivasi dalam hidup.
Bersenang-senang bersama atau piknik bersama keluarga adalah salah satu cara untuk mendapatkan rasa bahagia itu.
- Kedua, Mengarahkan, mendampingi, dan menjaga keselamatan anak. Kondisi disabilitas memiliki kerentanan yang lebih tinggi dari segi keamanan dibandingkan anak dengan kondisi normal. Oleh karena itu, mereka membutuhkan bantuan dan perawatan untuk menghindari cedera atau ancaman keamanan lainnya.
Namun dalam perkembangan selanjutnya, proses pendampingan anak perlu diarahkan untuk melatih anak agar mampu mengurus dirinya sendiri.
- Ketiga, Membangun rasa percaya diri pada anak. Rasa percaya diri merupakan modal untuk mencapai kemandirian. Seorang anak penyandang disabilitas sangat membutuhkan kehadiran orang lain untuk membantunya, dikarenakan dengan kondisi mereka yang seperti itu sehingga membuat mereka lebih membutuhkan orang lain.
Oleh karena itu, orang tua perlu sering mendengarkan dan menanggapi pembicaraan dan pendapat anak, serta memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan sendiri hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadinya, selama anak mampu dan tidak mengancam keselamatannya.
Orang tua juga perlu sering memberikan apresiasi atas setiap keberhasilan yang telah diperoleh anak. Selain itu, orang tua perlu mengajak dan mendorong anak untuk bersosialisasi dan bermain dengan anak normal seusia di lingkungannya sejak dini, terutama ketika persepsi tentang perbedaan belum terbentuk pada diri anak.
- Keempat, Memberikan anak kemampuan untuk berkembang sesuai dengan potensinya. Anak berkebutuhan khusus membutuhkan suatu kemampuan untuk mengembangkan dan mewujudkan potensinya sehingga memiliki modal kemandirian. Untuk itu, orang tua perlu memberikan kesempatan kepada anak dan memfasilitasinya dengan hal-hal atau perlengkapan yang dapat menunjang kemampuannya sehingga dapat mengekspresikan kemampuannya.
- Kelima, Mengembangkan religiusitas anak. Religiusitas atau rasa beragama merupakan potensi manusia yang perlu diberi kesempatan untuk dikembangkan. Bagi anak berkebutuhan khusus yang beragama Islam, religiusitas perlu dikembangkan dan dibiasakan sejak dini, baik dari segi keimanan, ibadah, muamalah, maupun akhlak. Setelah tiba pada saat anak sadar akan kondisinya yang berbeda dengan anak normal, keyakinan akan takdir akan membantunya untuk menerima kondisinya dengan ikhlas.
Demikian ulasan tentang Tips Parenting Ketika Mengasuh Anak Disabilitas. Sekian, Terima Kasih dan Semoga Bermanfaat!